Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah menunjuk tujuh instansi perbankan syariah untuk mengelola dana sejumlah Rp 15 triliun yang dikumpulkan beberapa instansi dibawah satu diantara ormas terbesar itu.
" Sampai kini dana serta aset kami sejumlah Rp 15 triliun itu disimpan di bank-bank konvensional. Mulai saat ini dengan cara bertahap bakal kami tarik untuk setelah itu disimpan di tujuh bank syariah, " kata Ketua PP Muhammadiyah Bagian Ekonomi, Bambang Sudibyo, di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional Tim Sosialisasi Manajemen Kas Bagian Kesehatan serta Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Sanur, Denpasar, Minggu (27/1/2013).
Ia mengatakan ketujuh instansi perbankan yang mengaplikasikan system untuk hasil itu yaitu Bank Muamalah, BRI Syariah, BNI Syariah, Mandiri Syariah, Bukopin Syariah, Danamon Syariah, serta BTN Syariah.
Sepanjang disimpan di bank konvensional, terang dia, pengurus Muhammadiyah tak merasadiuntungkan lantaran bunga dari simpanan cuma sebesar enam %, sedang instansi dibawah Muhammadiyah yang ajukan utang ke bank-bank itu dibebani bunga 18 %.
" Pengalihan dana ini sebagai sisi usaha kami untuk jadikan kader Muhammadiyah sebagai satu diantara kemampuan ekonomi nasional, " kata Menteri Pendidikan Nasional periode 2004-2009 itu.
Lewat rapat koordinasi yang diikuti 200 pengurus rumah sakit serta perguruan tinggi Muhammadiyah di lokasi Indonesia timur di Sanur itu, dia mengajak kader Muhammadiyah kembali bertujuan pada manajemen keuangan yang mumpuni.
" Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah mesti bangkit sebagai kemampuan ekonomi nasional dengan mengaplikasikan pola manajemen keuangan yang handal, " kata Bambang.
Bambang menjelaskan kalau berdirinya Muhammadiyah pada 1912 dipelopori oleh beberapa entrepreneur pribumi. KH Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dari keluarga entrepreneur batik di Yogyakarta. Tetapi pada perubahannya kader-kader Muhammadiyah di daerah telah mulai meninggalkan dunia usaha.
" Demikian kader Muhammadiyah jadi PNS, jadi otaknya terstruktur jadi birokrat, guru, serta dosen. Saksikan saja, berapakah banyak guru serta dosen dari Muhammadiyah, sedang semangat berwiraswasta ditinggalkan, " tuturnya.
Sumber : kompas
" Sampai kini dana serta aset kami sejumlah Rp 15 triliun itu disimpan di bank-bank konvensional. Mulai saat ini dengan cara bertahap bakal kami tarik untuk setelah itu disimpan di tujuh bank syariah, " kata Ketua PP Muhammadiyah Bagian Ekonomi, Bambang Sudibyo, di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional Tim Sosialisasi Manajemen Kas Bagian Kesehatan serta Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Sanur, Denpasar, Minggu (27/1/2013).
Ia mengatakan ketujuh instansi perbankan yang mengaplikasikan system untuk hasil itu yaitu Bank Muamalah, BRI Syariah, BNI Syariah, Mandiri Syariah, Bukopin Syariah, Danamon Syariah, serta BTN Syariah.
Sepanjang disimpan di bank konvensional, terang dia, pengurus Muhammadiyah tak merasadiuntungkan lantaran bunga dari simpanan cuma sebesar enam %, sedang instansi dibawah Muhammadiyah yang ajukan utang ke bank-bank itu dibebani bunga 18 %.
" Pengalihan dana ini sebagai sisi usaha kami untuk jadikan kader Muhammadiyah sebagai satu diantara kemampuan ekonomi nasional, " kata Menteri Pendidikan Nasional periode 2004-2009 itu.
Lewat rapat koordinasi yang diikuti 200 pengurus rumah sakit serta perguruan tinggi Muhammadiyah di lokasi Indonesia timur di Sanur itu, dia mengajak kader Muhammadiyah kembali bertujuan pada manajemen keuangan yang mumpuni.
" Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah mesti bangkit sebagai kemampuan ekonomi nasional dengan mengaplikasikan pola manajemen keuangan yang handal, " kata Bambang.
Bambang menjelaskan kalau berdirinya Muhammadiyah pada 1912 dipelopori oleh beberapa entrepreneur pribumi. KH Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dari keluarga entrepreneur batik di Yogyakarta. Tetapi pada perubahannya kader-kader Muhammadiyah di daerah telah mulai meninggalkan dunia usaha.
" Demikian kader Muhammadiyah jadi PNS, jadi otaknya terstruktur jadi birokrat, guru, serta dosen. Saksikan saja, berapakah banyak guru serta dosen dari Muhammadiyah, sedang semangat berwiraswasta ditinggalkan, " tuturnya.
Sumber : kompas
0 komentar:
Posting Komentar